cimeng dan basmalah

CERPEN

segala perkara baik yang tidak di dahului dengan baca’an basmalah maka ia seperti orang yang tidak punya tangan dan kaki ( terputus ). Begitulah bunyi dari hadist  rosullulah.     Sementara  imam nawawi berkata: setiap perkara baik yang tidak di dahului dengan bismillah maka berkurang barakahnya.

Ini adalah sebuah kisah yang pernah cimeng rasakan, kejadian yang telah lama berlalu, namun karena keistimewa’an ini, cimeng tidak lantas membuatnya sebagai kejadian yang telah berlalu. Namun bahkan cimeng menjadikan pristiwa unik tersebut sebagai tanda pengingat untuknya.

Kejadian unik itu terjadi ketika cimeng masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar, yang dimana anak – anak seumuran itu masih sangat aktif dan bersemangat kalau urusan  bermain, tidak memusingkan urusan uang, tidak ada rasa galau karena wanita. Begitu pula dengan urusan belajaran yang masih dibilang hal yang spele.

Bisa dibilang, anak kecil itu masih suka mengikuti arus. Kalau lagi trend bermain layangan, semua ikut bermain layangan, jika trend nya bermain tembak – tembakan, semua ikut bermain tembak – tembakan. Dan jika trend tersebut tidak bisa dirasakan oleh seorang anak, mereka pasti akan mrengek menangis tersedu – sedu kepada orang tua agar diberikan apa yang mereka mau.

Ya begitu pula dengan cimeng yang sama seperti anak kecil lain pada umumnya. Maka dari itu karena masih tidak mengetahui mana yang patut untuk ditiru, cimeng selalu diajarkan hal yang baik, terutama urusan agama. Berbicara tentang agama, tak lepas dari Guru ngaji nya yang bisa dibilang sangat memperhatikan perkembangan anak didikannya. sampai sekarang pun cimeng masih menganggap beliau sebagai salah satu guru yang teladan dan menjalankan amanah sebagai guru dengan baik.

Bagaimana tidak, cimeng pernah tidak masuk ngaji hampir satu bulan lamanya, yaa karena menurut cimeng, terus belajar satu minggu penuh kecuali hari jumat(libur). Membuat cimeng sangat bosan, karena tidak mendapatkan jatah main itu sanagat menjengkelkan.  sedari jam tujuh pagi harus pergi sekolah. Setelah itu jam empat sore sudah harus pergi mengaji lagi, ditambah tugas PR tidak bisa cimeng abaikan begitu saja. hal ini membuatnya penasaran dan ingin sekali merasakan bagaimana rasanya jika kita istirahat sejenak. Rebahan, bermain game play station, atau mungkin bermain bola di lapangan sepanjang hari

Karena cimeng berani mencoba hal yang tidak benar seperti bolos mengaji, cimeng mulai terlena dan menganggap hal itu sebagai kejadian biasa saja dalam hidupnya.

Karena kejadian ini hal kocak pun terjadi, pak ustad sang guru ngaji mengutus semua anak didiknya untuk menjemput atau mencari cimeng untuk mengaji kembali. Mereka berbondong – bondong menjemput cimeng kerumah. “asalamualaikum Bu, cimeng di rumah ga, di suruh ngaji sama pak ustad” saut teman yang yang mencarinya di rumah. “lah cimeng gak di rumah, gak tau main kemana dia tadi” jawab ibu.

cimeng mengetahui jika banyak rombongan anak pengajian mencari dirinya, karena ada teman yang menemui dan memberi tahu dirinya yang asik tiduran di saung dekat sawah. “meng bangun, rombongan anak pengajian lagi nyari kita, mereka di utus ustad” ucap temannya, yaa sebut saja opung. Cimeng yang tadinya asik tertidur menikmati hembusan angin di lahan terbuka, langsung bangun mengkerutkan kedua dahi “ah..yang bener pung, terus ketauan tidak kalo kita di sini” tanya cimeng gelisah. “ya ga tau juga meng, aih gimana dong ?” ucap opung yang sama gelisahnya.

Cimeng yang mengintip di balik bilik bambu saung, melihat rombongan anak pengajian berjalan sejajar menyisir samping sawah menuju saung tempat cimeng dan opung berada. “njir pung, anak – anak lagi jalan kesini lagi.” Saut cimeng sembari mengintip. Opung terlihat sibuk mondar – mandir seperti memikirkan sebuah cara. “pung .. pung..!! ayo naik ke atas saung aja sembunyi” ujar cimeng naik ke atas balkon saung. Dimana tempat untuk menaruh parit serta makanan petani dikala berladang.

Opung dan cimeng naik ke atas dengan ruang agak sempit, membungkus diri dengan karung dan juga pohon padi dengan harapan rombongan anak pengajian tidak melihat mereka. Saut – saut suara, serta hentakan kaki para rombongan membuat jantung cimeng berdetak kencang.  Mereka tepat berada di luar bilik bambu tempat cimeng bersembunyi. “cong coba liat ke gubuk dulu” suara anak yang menyuruh acong sang pemimpin rombongan untuk melihat masuk ke dalam saung.

Dengan batang padi menyelimuti badan. Membuat cimeng ingin menggaruk karena gatalnya tempat cimeng bersembunyi. Sementara acong yang melihat ke dalam saung terlihat hanya melihat – lihat sebentar tanda tidak serius mencari. “gak ada broh, lanjut tempat rental ps nya mang komar aja, siapa tau dia disana” saut suara acong yang terdengar cimeng dan opung.

Merekapun mulai menjauh dari saung, sementara itu cimeng keluar dari balkon saung yang penuh dengan padi, menggusar – gusar keluar. Terasa gatal di badan. Opung temankubersembunyi pun mulai melirik keluar, ingin memastikan mereka sudah jauh. Di situ cimeng mulai sedikit curiga dengan opung, seperti ada niatan untuk hal yang aneh. Karena luasnya lahan sawah, membuat rombongan yang mencari mereka masih terlihat dari sudut pandang berjarak seratus meter jauhnya di tengah sawah.

Opung mulai mengangkat kadua tangan Sembari sedikit merapatkan tangannya tepat di kedua samping mulut “WOY..!!! sini saya sama adi di gubuk as**” dengan suara lantang opung berteriak ke tengah sawah. “astagaaa goblok” ucap cimeng yang  secara spontan yang melihat opung di balik saung. “hahah..!haha haa !!” opung tertawa kegirangan melihat rombongan mulai berbalik arak menuju gubuk. Sedangkan cimeng yang penasaran menoba melihat rombongan karena penasaran. “woyy.. kejarr broohh..” ucap acong yang terdengar dari kejauhan. Mereka mulai berlari dari jalan setapak sawah yang sempit juga licin. “bhaha.. haha!!..haa” cimengpun ikut tertawa melihat mereka semua berlari di tengah sawah. “sroott.. brakk” salah satu rombongan yang berada di tengah tercebur. “hahaa..!!bhaha!! haha!!” cimeng dan opung tak bisa berhenti tertawa, sembari memegang kedua perut hinga terduduk.

Hari demi hari pun berlalu, akhirnya cimeng mulai giat mengaji kembali. Setiap malam cimeng dan juga sekeluarga berkumpul, dimana tidak ada gangguan dari tegnologi smartphone yang dapat  membuat mereka saling memisahkan diri. Cimeng beserta keluarga duduk di ruang tengah sembari menonton sinetron televisi yang bertemakan religi islami. Sang ayah asik duduk di bangku ditemani kopi hangat buatan ibu di meja, serta tak lupa rokok linting ditangan kanannya membuat sang ayah merasa nyaman. sementara sang ibu pecinta sinetron, pandangannya tak pernah luput dari televisi, bahkan selalu saja terdengar celotehan tak jelas dari ibu seakan ia berada di dalam cerita sinetron tersebut. Sedangkan cimeng selalu di sediakan buku tulis di hadapannya oleh sang ibu, berharap menjadi anak yang pandai.

Disaat sang ibu asik menonton televisi. Ada sebuah adegan dimana tokoh utama dalam sinetron mencurahkan isi hati kepada sang ustad. “ucapkanlah basmalah jika ingin di permudah dalam segala urusan, bahkan kurma yang telah disembunyikan oleh rosul bisa mudah ditemukan oleh aisyah dengan mengucapkan basmalah” terdengar sayut – sayut suara televisi oleh cimeng. hal ini membuat cimeng sedikit penasaran, namun ia masih pesimistis bisa membuktikan, secara ia masih anak kecil kelas lima sd yang kurang pandai dalam membuktikan ilmu sehebat itu.

Siapa sangka di balik penasaran cimeng yang ragu akan kekuasaannya. Allah telah mendengar niatan baik cimeng untuk membuktikan. Selang beberapa hari, cimeng diberi penyakit bisul di paha, membuat ia tidak bisa hadir dalam pengajian. Mendapati hal ini ustad sekaligus guru ngaji cimeng pergi menjenguk cimeng. “wah kenapa lagi nih, ko cimeng sudah tidak kelihatan lagi di masjid ?” tanya sang ustad yang duduk sebelah cimeng yang berbaring di ruang tamu. “haha maklum pak ustad, kali ini penyakitnya berbeda dari yang kemarin” celetuk sang ibu yang duduk di samping pak ustad.

Sang ustad akhirnya mengambil sebuah air putih di gelas yang baru diambil oleh ibu cimeng. dengan mendekatkan gelas ke mulut, dikira hendak minum, akan tetapi sang ustad hanya menggerakan bibir tanda sedang berdoa. “dah ini minum, jangan lupa bismilah, pak ustad mau langsung pergi dulu ya ada urusan” suruh pak ustad dan pergi dari rumah cimeng.

Cimeng mengkerutkan dahi tanda mulai makin kebingungan. Dengan mengucapkan “bismilah” cimeng mulai menguyup minuman yang disarankan ustad. Sehabis minum, cimeng pun melanjutkan ke posisi berbaring, karena ia tidak bisa terlalu lama duduk. Ayam berkokok suara adzan menggema di seluruh penjuru kampung. Dengan setengah sadar cimeng terbangun daari tidurnya, ia merasakan hal yang aneh, di paha cimeng terasa basah dan ber air. Ia menunjukan ekpresi tak percaya. “ah masa ia ngompol” jawab cimeng dalam hati. Lantas terbangun dan melihat, di luar dugaan merasa tak percaya bisul cimeng pecah.

Ia lantas mengusap dengan handuk hingga benar – enar kering. Hari semakin siang menunjukan pukul sembilan pagi, cimeng yang masih merengut keheranan kenapa hal itu bisa terjadi begitu cepat. Do’a apa yang di bacakan pak ustad semalam, hingga ia sudah 90% sembuh, dan tersisa hanya rasa pegal pada paha karena ulah bisul yang menjengkelkan.

Sepanjang hari ia berfikir dengan kepolosannya. Hingga teringat dengan film sinetron yang suka di tonton si emak. “mak.. semalem pak ustad baca apa’an si ?, ko acep udah sembuh sekarang” tanya cimeng kepada ibunya yang sedang membolak balikan ikan asin di wajan atas tungku api. “emak juga ga tau cep, makanya kamu belajar yang bener biar bisa doa’in orang tua” jawab singkat sang ibu. “ih si emak teh, nanya apa jawabnya apa” balas cimeng dengan muka cemberut.

“alahhuakbar allahuakbar” terdengar suara adza dzuhur mulai berkuandang. “ih perasaan teh cepet banget udah ajan lagi” gerutu cimeng. sembari mondar – mandir dan melirik ke kiri – kanan “mak..! peci acep dimana? mau ke masjid” tanya cimeng. “nih, atuh simpan yang benar cep, jadi tidak sibuk nyari lagi” ucap sang ibu yang langsung memakaikan peci di kepala cimeng. “ah si emak emang best lah kalo masalah barang hilang hehe” saut cimeng dengan bibir tersenyum kepada sang ibunda.

Dalam perjalanan ia melihat opung asik merebahkan badannya sembari memejamkan mata di pos ronda. “astagfirullah, eta si opung masih belum insaf juga, saya saja sudah pontang – panting gara – gara kebiasaan begitu” ucap cimeng. di masjid cimeng sholat di shaf paling belakang bersebelahan dengan acong dan di imami oleh pk ustad guru ngaji cimeng. “asalamualaikum warohmatullah” ucap imam shalat sembari menoleh ke kanan dan kiri. “meng ayo main kelapangan, itu si jamet jual layangan, kita beli yok” ajak acong sembari menoleh ke arah cimeng. cimeng yang memejamkan mata hanya mengeleng – gelengkan kepalanya tanda tidak ingin ikut.

Cimeng yang memejamkan mata mencurahkan apa yang ada di hati kepada sang kuasa karena dengan penasaran yang melanda, ia hanya ingin merasakan sendiri melalui do’a yang ia panjatkan. Dalam doa yang ia panjatkan sembari menadahkan kedua tangan  meminta tiga permintaan, pertama cimeng meminta agar ia disapa oleh saudara lelakinya, karena saudaranya terlihat cuek kepada dirinya, kedua ia ingin saudaraa lelakinya bertamu kerumah, ketiga ia minta tv baru karena tv dirumah sudah rusak.

Hanya tiga permintaan, yang mungkin dianggap biasa oleh orang – orang dewasa, ya tapi begitulah anak kecil, yang masih ingin bersama untuk bermain dengan orang – orang terdekat, sembari menonton kartun kesuka’an di rumah. ia hanya berharap salah satunya terjadi atau terkabul, karena ia masih belum terlalu yakin dengan do’a seorang anak kecil seperti dirinya dapat terkabul.

Cimeng yang keluar masjid langsung menoleh mencari dimana letak sandal yang ia taruh tadi. Karena banyak yang sholat pasti sandal kecilnya sudah berpindah tempat kena tendang kaki orang – orang yang telah usai melaksanakan shalat. Ciemng yang meninggalkan mesjid melihat banyak layang – layang yang berterbangan di langit. Lantas ia pun bergegas pulang keumah tak sabar ingin bergabung dengan yang lain. Ditengah ia berlari “oy meng mau kemana buru – buru amat!”. refleks cimeng menoleh, ternyata seorang pria dengan perawakan gagah yang tak lain adalah saudara lelakinya. “oy bang mau balik dulu ini” balas cimeng mengambil langkah dan berlari lagi.

Dengan langkah kaki mungil cimeng ia sampai di rumah. “awas jatoh cep, jangan lari – lari!” ucap ibu memperingati langkah cimeng. “iya mak. Acep ke lapangan dulu ya, acong udah nunggku” balas cimeng pergi keluar rumah.

Cimeng bergabung bersama teman – teman yang lain di lapangan yang tak jauh pula dari luasnya hamparan sawah, hingga membuat anak – anak tak terlaluh bersusah payah saat menerbangkan layang – layang. Karena hari jumat, adalah hari libur pengajian, cimeng dan kawan – kawan tak risau hingga bisa bermain sepanjang hari di lapangan.

Hari semakin sore, langit sudah mulai gelap. Dengan penuh keringat di wajah, kaki yang kotor, cimeng menenteng layangan di tangan kanannya pulang kerumah. Awan yang masuk melalui dapur, dikarenakan badan kucel tak enak hati jika lewat depan rumah. “cep baru pulang cepet mandi, itu ada bang adi main kerumah” kata sang ibu sembari menuangkan air panas ke cangkir kopi.

Sungguh hari yang menyenangkan sekali, bermain sepanjang hari, mandi air hangat, membuat badan terasa segar dan rileks. Dengan mengenakan handuk di pinggangnya, cimeng pergi kekamar hendak memakai baju, terlihat sang ayah asik berbincang dengan adi saudara lelakinya di ruang tamu, ditemani dengan kopi hangat dan gorengan di samping tempat mereka duduk.

“duh nikmat sekali orang dewasa itu, bercanda ria sembari nyeruput minuman hangat setiap hari” ucap cimeng dalam hati memperhatikan saudara lelakinya. “eh cimeng, badannya udah gede aja” ucap adi abang sepupu nya. Cimeng hanya bisa tertawa dengan polosnya. Hingga hari sudah semakin malam.

“ya sudah pak, buk, saya pamit dulu ya” pamit adi. Dengan menggunakan kendaraan roda empat, adi pergi meninggalkan rumah. Bisa di bibilang, adi adalah saudara yang gagah rajin dan disiplin. Tapi semenjak ia sibuk dengan pekerjaan. Cimeng hanya bisa melihat sepupunya tersebut hanya fokus dengan layar handphone, bahkan lebih sering berbicara dengan handphone nya saja. namun kali ini ia baru merasakan lagi berbicara dengan adi, kaka sepupunya cimeng.

Setelah adi pergi, cimeng sekeluarga kembali beraktivitas seperti biasa. Sang ibu asik menonton sinetron kesukaannya. Sang ayah menikmati secangkir kopi hangat serta rokok yang di apit ke dua sela jari kanannya. Dan cimeng yang di suguhkan sebuah buku tulis, oleh sang ibu berharap menjadi anak yang pandai.

Dengan wajah cemberut melihat buku tulis, tangan kanan memegang kepala. Cimeng hanya bisa melihat buku, sembari melihat televisi sesekali. “bagaimana, apakah kamu sudah merasakan arti dari membaca “basmalah” kemarin.?” Terdengar suara ustad di televisi yang di tonton sang ibu. “lah iya cimeng kan udah merasakan seharian ini!?” suara cimeng yang sedikit keras membalas pertanya’an ustad di televisi. “lah cimeng udah kayak emak aja, suka sinetron” saut sang ayah bercanda.

Cimeng baru saja menyadari bahwa do’a yang dia panjatkan sudah terkabul.. Sembari mengoret – ngoret kertas cimeg tampak semangat disertai senyuman lebar menghiasi wajahnya. “oh ternyata begini rasanya di kabulkan, apa memang sebenarnya setiap berdo,a juga sudah di kabulkan, namun kita tidak merasakannya saja” ucap cimeng yang selalu bergumam dalam hati.

Berada di kamar berbaring sembri melamun, cimen merasakan senang, rupanya setiap do’a, dan melakukan aktivitas yang di awali basmalah bisa mempemudah segala urusan. Cimeng yang merasa senang sudah merasa cukup dengan terkabulnya do’a. Sehingga ia tak menghiraukan lagi do’a yang ketiga untuk meminta televisi baru. Mungkin saja yang ketiga adalah permintaan yang berlebihan untuk cimeng.

Waktu siang hari, tampak cimeng pulang kerumah mengenakan seragam pramuka serta tas warna merah bergambar robot di punggung. “pung, ayo habis ini ke lapangan lagi” ajak cimeng kepada opung yang pulang berbarengan. Ketika hendak sampai kerumah, tampak ada dua orang di rumah sedang mengangkat kardus lumayan besar menuju dalam rumah cimeng. cimeng yang mengkerutkan dahi serta mata yang fokus memperhatikan bertanya – tanya, ada apa gerangan.

“asalamualaikum, mak acep pulang” salam cimeng. “ya sudah bu, kalo gitu kami permisi dulu” ucap dua orang tersebut dan pergi melewati cimeng yang berada depan pintu masuk. “eh si ganteng udah pulang!” saut ibu dengan muka tersenyum lebar kepada cimeng. cimeng dengan tatapan kosong melihat ada sebuah televisi layar yang cukup lebar terpampang di depan ruang tamu.

Cimeng yang merasa tak percaya hanya bisa terdiam dengan mulut sedikit menganga. “loh cep kenapa ?” tanya sang ibu. Beberapa saat kemudian sang ibu memberitahu, bahwa ia bisa membeli televisi ini karena dapat arisan sebelumnya, jadi ia mengganti televisi lama yang sudah usam. Ya wajar saja sang ibu hanya memanfaatkan tv untuk sarana hiburan ia dirumah dikala sedang lelah bekerja mengurus rumah tangga.

Sekian.

jangan lupa tinggalkan komentar. sebagai dasar acuan karya berikutnya bisa lebih baik lagi. terimakasih.

Nama pena : wahyudi okta

Instagram : wahyudi_okta

jangan lupa juga subs atau watching chanel wahyudi_okta sebagai bentuk dukungan dan sebagai motivasi. agar bisa berkarya lebih baik dan juga lebih giat.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s